RSS

dia-seperti inikah seharusnya cinta

Malam itu malam minggu (cerita saya selalu pada hari sabtu ya? hehe.. ya biasalah beginilah jomblo bahagia :D). Sekarang persekutuan Remaja Pemuda dipindah hari Minggu, jadi malam minggu seperti ini saya tidak mempunyai kegiatan lagi kalau sedang males pergi keluar. Iseng – iseng saya pergi ke rumah nenek saya, sekalian mengambil laporan Biologi Umum yang tempo hari saya titipkan disana. Setelah perjalanan yang naik turun, akhirnya saya sampai di rumah nenek saya yang tidak terlalu besar tapi asri itu .
Seperti biasa saya langsung menuju “omah lor”. Omah lor itu dulu bekas kos – kos an, jadi tidak menjadi satu dengan rumah yang ditempati nenek saya. Ada beberapa kamar disana, langsung saya menuju kamar tante saya yang paling besar :D. Seperti biasa, kamar itu memang selalu rame. Saya menikmati kebersamaan keluarga besar saya. Kemudian adik sepupu saya yang paling gedhe (usia SMP kelas 1) mengajak saya ke kamarnya, dan menunjukkan HP barunya blackberry, gila..anak SMP kelas 1 sekarang pegangnya blackberry, ckckckck. Sambil tiduran di kasur yang empuk, saya mendengarkan adik saya bercerita kian kemari tidak jelas, biasalah anak SMP paling juga cerita tentang cowok yang ditaksir, hihi. Ya, sebagai seorang kakak sepupu yang baik dan bijaksana, saya mendengarkan cerita adik sepupu saya dengan seksama.
“Sebagian besar orang mempunyai kemampuan bercerita yang baik, tetapi tidak sama halnya dengan mendengar, jarang orang yang bisa menjadi pendengar yang baik, padahal faktanya hal yang paling dibutuhkan orang adalah didengarkan.”
Berpijak dari prinsip itu, saya mendengar celotehan adik sepupu saya dengan baik, dan sesekali memberi tanggapan.
Tanpa sengaja saya menemukan sebuah novel yang tergeletak di dekat bantal, berjudul dia-seperti inikah seharusnya cinta. Ketika saya membaca bagian belakangnya cukup menarik, dan mirip dengan kisah hidup saya beberapa bulan yang lalu (hikss hikkss,, kalau inget pengennya nangis, tapi yasudahlah yang lalu sudah berlalu,,haha :D)
Ya, tanpa berpikir lama – lama saya membaca novel itu, dan tenggelam di dalamnya bersama imajinasi – imajinasi saya sampai sampai saya tidak menghiraukan adik – adik sepupu saya yang berjalan berlari bahkan bergulung – gulung kian kemari. Saya menghabiskan berjam – jam (mungkin 2 jam) tidak beranjak dari kasur, serasa saya mempunyai dunia sendiri dengan novel ini. Ya begitulah ketika saya sudah tenggelam dalam satu bacaan, saya akan menjadi orang yang benar – benar diam, berkonsentrasi, dan tidak mau diganggu sedetik pun. Sekaligus melepas kerinduan, karena sudah hampir 6 bulan saya tidak membaca novel ^^
Hmmm,, kisahnya begitu menyentuh, sempat saya tertawa tertiwi membaca gaya penulis yang lucu, ataupun sedikit menangis karena terharu. Ada beberapa part yang saya suka. Salah satunya adalah kalimat – kalimat di bawah ini :
“Tidak mudah untuk melepaskan seseorang yang kita cintai. Tidak mudah pula menyingkirkan benda – benda yang mempunyai kenangan dengan orang itu”
Saya salut dengan tokoh utama novel ini, dia mempunyai pengendalian diri yang tinggi, dia tidak memaksakan kehendaknya dan tidak ingin perasaannya ini mengganggu orang lain.

Memang sangat sulit ketika memutuskan untuk meninggalkan orang yang kita cintai. Sulit menerima kenyataan bahwa dia telah dimiliki orang lain. Tapi, kita harus selalu tersenyum manis padnya meskipun hati kita terluka, meskipun kenyataannya sangatlah perih. Melakukan hal ini tidak semudah yang saya bayangkan. Bukan seperti membalik telapak tangan. Bahkan mungkin sampai sekarang saya masih harus terus belajar. Ya, saya tahu jika Tuhan menginginkan ini semua terjadi, Dia punya rencana yang begitu indah, karena Dia tidak akan membuat kesalahan sekecil apapun. Dan Tuhan akan mengobati luka hati yang perih itu, sedalam apapun luka kita.
Seperti inikah seharusnya cinta? Ya, inilah cinta. Cinta itu tidak selalu indah, seperti yang orang banyangkan, tapi juga butuh pengorbanan yang besar, bahkan sangat besar :D.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar