RSS

Process : is it important ?


Thursday  21 April 2011: Cuma ada 2 makul si sebenernya, tapi tetap saja harus pulang sore,huufft karena mulai kuliah baru jam 10.20 :D. Kamis ini tidak seperti biasanya,  Kuliah dimulai jam 10.20, tapi jam 9 saya sudah berjanji dengan teman saya untuk pergi ke kampus. Kemudian  saya melaju ke kampus dengan Honda beat pink kesayangan saya melewati tanjakan dan turunan, jalan yang jelek berlubang-lubang, dan akhirnya 7 menit kemudian saya sampai di kampus saya tercinta :D. 

Singkat cerita, setelah jam 10.20 saya kembali ke area fakultas saya. Sebelumnya ada gosip kalau hari ini tidak akan kuliah, karena kemarin dosennya tidak masuk dan saya sangat berharap bahwa dosen tidak masuk (don’t try this at campus) .Tapi, ternyata tidak seperti yang saya dan teman – teman saya harapkan dosen saya masuk dengan sangat tepat waktu dan membawa setumpuk kertas ulangan (kalau dalam istilah kuliah namanya UJIAN KOMPETENSI). Wuaahh, bener – bener deg – degan waktu dosen bilang untuk KD II ini yang lulus Cuma 4. Langsung saya menoleh kepada teman yang berada di sebelah saya, saling berpandangan dann …. (tidak perlu dilanjutkan).

KD II ini tentang Peluang, saya sangat yakin bahwa saya tidak termasuk dalam 4 orang yang remidi itu, karena dari jaman SMP saya tidak pernah bisa yang namanya PELUANG, sampai babe saya yang seorang guru matematika pusing sendiri mengajari saya tentang peluang, karena nggak bisa bisa,, hihi. Dan benar saja, setelah ulangan saya dibagi saya mendapatan nilai yang jelek, hihi. Tetapi, kesedihan saya mendapat nilai itu sangat terobati, karena 27 teman saya yang lain juga mendapat nilai jelek. Kemudian teman di sebelah saya meminjam kertas ujian saya (untuk mencocokkan jawaban dia dengan saya, kali kali aja dia bener tapi disalahin, mungkin itu pikirnya). Ketika dia melihat jawaban saya dan mencocokkan dengan jawaban saya dia protes kepada saya,
“Kok jawabanmu langsung begini sih on, bisa bener lagi?? Aku pake proses panjang gini aja jawabannya salah juga salah kog.”
Saya hanya tertawa kecil, bener juga ya pikir saya, tapi karena merasa benar, saya jawab thu temen saya,
“ Hah? Tapi jawabanku bener kog, itu pakai logika aja udah jadi, gag perlu pake cara panjang yang kaya kereta dan ribed.”
Mungkin kala itu temen saya nggak terima, karena saya cuma memakai cara simple untuk menyelesaikan soal peluang, Cuma mungkin 3 baris dengan jawaban yang benar (karena setelah dibahas sama dosen hasilnya sama seperti punya saya). Sedangkan dia, memakai cara yang panjang dan super ribed, tapi jawabannya salah (beda sama hasil dosen) nilainya di nomer itu tetep dapet nol bullet (0). Akhirnya dia protes sama bu dosen, dan bilang,
“Bu kalau memakai cara simple memang boleh ya?”
Ibu dosen itu menjawab boleh asal logikanya benar dan jawaban nya benar. Langsung tu temen saya komat kamit (mungkin dalam hati sebel, kecewa, merasa tidak terima, dll). Setelah itu kita terlibat dalam suatu obrolan tentang PROSES, sebenarnya PROSES itu penting nggak sih? Teman saya sudah melakukan PROSES untuk mengerjakan soal PELUANG tapi jawabannya salah, dia juga salah. Sedangkan saya yang menyelesaikan soal dengan tidak memakai PROSES, tetapi jawabannya benar juga benar.


Dari hal kecil ini saya berpikir dan merenungkan. Setelah melihat fenomena di dunia tidak maya (nyata), banyak kasus dimana orang tidak mementingkan suatu proses, yang penting hasilnya baik. Contohnya saja kasus UAN SMA jaman saya dan sebelum saya dulu : KELULUSAN hanya ditentukan dalam 1 minggu saat UAN kelas 3 SMA, nilai – nilai lain tidak diperhitungkan sama sekali. Juga saat kita mengerjakan soal pilihan ganda, kita tidak mementingkan proses yang runtut dan jelas yang penting jawaban yang kita pilih benar. Banyak juga fenomena remaja sekarang ini : setelah 1 bulan putus dengan pacarnya langsung dapat yang baru. Padahal dia belum memiliki proses yang panjang untuk mengenal pasangannya dengan dalam. Dan akhirnya, dalam hitungan jari, dia sudah putus lagi. Tuntutan dunia masa ini juga tidak perlu mementingkan banyak proses dan prosedur. Tapi apakah memang seharusnya begitu? Setidakpenting itukah proses?

Menurut pendapat pribadi saya, kita semua membutuhkan proses. Meskipun dalam kasus saya tadi saya tidak memakai proses (karena sebenarnya saya tidak mudeng bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut dengan proses, jadi saya mengandalkan logika saya :D). Ya, PROSES itu  penting, bahkan sangat penting. Dalam dunia pendidikan semua membutuhkan proses, dari TK, SD, SMP, SMA, dan akhirnya kuliah. Dalam dunia pekerjaan (missal sebagai guru) juga memerlukan proses :  menjadi guru honorer, guru tidak tetap, guru tetap, dan akhirnya PNS. Semua membutuhkan proses.

Kita tidak boleh mengambil jalan pintas tertentu dan tidak melalui PROSES meskipun nanti hasilnya akan baik. PROSES itu sangat penting, meskipun mungkin terkesan ribed dan tidak praktis. Tapi di dalam suatu PROSES  kita belajar, untuk berdiri tegak, untuk tidak terpengaruh dengan dunia di luar kita yang instant, untuk mengerti segala tentang diri kita: apakah kita tangguh atau tidak, juga belajar untuk setia dalam segala perkara. Sering saya tidak mau menjalani suatu proses, karena tidak sabar kemudian saya pergi dari proses itu. Sering saya harus berlinangan air mata ketika saya harus melewati proses yang lain. Tetapi saya juga mendapatkan banyak pengalaman dari segala PROSES itu, untuk belajar mengerti orang lain, belajar menjadi seorang yang setia, belajar teguh seperti batu karang, belajar bertahan saat benar – benar tidak kuat, belajar untuk melawan keinginan hati saya sendiri dan belajar untuk tidak mengasihani diri saya sendiri.
Ya, saya mau menjalani semua PROSES ini, dan satu hal yang saya yakini bahwa  PROSES yang saya jalani tidak akan pernah sia – sia.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar